Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

WMS yang cepat

Banyak Perusahaan memerlukan Software WMS karena ingin : Data stok gudang lebih akurat. Operasional lebih cepat. Gudang jadi transparan. dll Software WMS dari luar negeri umumnya di atas USD 100,000 Masalah muncul setelah implementasi, yang paling kentara saat picking barang, biasa picker picking berdasarkan kertas, sekarang harus menggunakan mobile barcode scanner. Celakanya saat picking, banyak waktu tambahan yang diperlukan (yang biasanya tidak perlu) : Scan barcode lokasi. Scan barcode kode barang. Input Qty. Scan serial number, jika ingin FIFO/FEFO dan ingin mencegah scan barcode 2x/lebih. Setelah beberapa bulan go live WMS baru sadar ternyata operasional di gudang menjadi lebih lambat setelah implementasi WMS. Apakah WMS tetap harus dijalankan ? Harus, karena sudah membayar mahal (di atas USD 100,000). Banyak Perusahaan di Indonesia mengalami hal ini : Terpaksa menjalankan karena sudah beli. Kami memiliki Software WMS yang berbeda de

Tipe barcode untuk Gudang

Paling sedikit ada 3 tipe barcode yang dapat kita gunakan di gudang/produksi. Tipe 1 : Barcode Supermarket Di Indonesia menggunakan simbologi EAN-13. Barang yang sama menggunakan barcode yang sama. Contoh :  Ada 2 bungkus Supermie kari ayam, maka keduanya memiliki barcode yang sama. Barcode ini dibuat sebenarnya bukan untuk intern Perusahaan tapi untuk Customer. Hampir semua Tim IT hanya mengerti tipe barcode ini, karena ini yang kerap ditemui di retail/Supermarket. Pada banyak kasus, menurut saya pilihan ini keliru. Tipe 2 : Barcode Batch Kemasan/Dus dengan batch sama akan memiliki barcode yang sama. Tipe 3 : Barcode Serial Tiap Dus/palet pasti memiliki barcode yang berbeda, walaupun barangnya sama. Akurasi yang paling tinggi adalah barcode tipe 3 karena tidak bisa discan 2x atau lebih. Operasional di gudang paling cepat adalah tipe 3 karena, hampir di semua transaksi tidak perlu scan barcode lokasi (kecuali put away). Traceability paling tinggi adalah tipe 3,

Berani tanda tangan ?

Satu hari, saya ikut meeting Manager dan Direksi di suatu Perusahaan besar. Saat meeting, Manager GA HRD, berkata seperti ini : "Tiap bulan, Tim Logistik dan Akuntansi melakukan stokopname. Beranikah menanda tangani Surat Pernyataan yang menyatakan bahwa data stokopname bulan ini itu akurat? " Yang pertama ditanya adalah Manager Akuntansi, Beliau keberatan untuk tanda tangan, dan berkata "Tiap bulan stokopname Tim Saya hanya mendampingi Tim Gudang melakukan stokopname." Kemudian Manager Logistik diberi pertanyaan yang sama, ternyata Beliau juga keberatan untuk tanda tangan, Beliau berkata "Tiap bulan stokopname itu kan atas permintaan Akuntansi, hajatnya Akuntansi" 2 Departemen melakukan kegiatan bersama, Stokopname, ke-2nya menanda tangani Laporan Hasil Stokopname, tapi tidak ada yang berani menanda tangani Surat Pernyataan, Pertanyaan berikutnya : Sebenarnya siapa yang bertanggung jawab atas kebenaran data hasil stokopname ? Jika kebenaran

Apakah Kepala Gudang tahu ?

Di hampir semua Perusahaan tiap bulan dilakukan stokopname. Stokopname seperti ritual yang mesti dilakukan, supaya Accounting dan Gudang secara moral rasanya 'nyaman' dan bertanggung jawab. Pertanyaannya : Apakah Kepala Gudang tahu jika barang di gudangnya hilang 1,2,3,.. dus? Beberapa tahun lalu di Harian Pikiran Rakyat, di Bandung, muncul berita di halaman 1: " Perusahaan X, manufaktur sepatu, kehilangan beberapa ribu pasang sepatu... " Mungkinkah sepatu di Perusahaan X itu hilang, jika tidak terjadi perampokan besar? Bisa saja terjadi. Yang terjadi bukan perampokan besar, tapi 'perampokan kecil' yang terjadi setiap hari, sehingga akumulasinya menjadi ribuan pasang sepatu. Hal serupa juga bisa terjadi di Perusahaan Bapak/Ibu. Pertanyaan yang mesti ditanyakan ke Kepala Gudang adalah : Apakah kamu tahu jika barang di gudang hilang 1,2,3,.. dus? Dimulai dari angka 1, biasanya Kepala Gudang yang jujur akan menjawab tidak tahu, dilanjut ke angk